Zainal Akil: Tegas dan Disiplin Menuju Sukses - Zainal Akil

Zainal Akil

Zainal Akil For DPD RI

Breaking

Kamis, 22 Maret 2018

Zainal Akil: Tegas dan Disiplin Menuju Sukses

Cita-cita kecilnya adalah menjadi seorang dokter, namun jalan hidup telah membawanya menjadi  seorang guru atau yang biasa dikenal sebagai pahlawan tanda jasa. Inilah sepenggal kisah  yang dijalani Zainal Akil.


“Dulunya memang ingin jadi dokter,  keinginan itu juga didukung orang tua. Namun, saat ujian pada fakultas yang dimaksud ternyata tak ada jalannya di sana, dan tidak lulus.   Ke­mudian masuk ke kampus IKIP Padang dengan me­ngambil jurusan kimia, dan tamat disana jadi tenaga pendidik hingga sekarang,” ulas Ketua PGRI Sumatera Barat terpilih masa bakti XXI 2014-2019 ini dengan tertawa.  
Jika dihitung waktu, dua puluh tiga tahun sudah ia berkecimpung dengan pro­fesi yang tak masuk dalam impian masa kecilnya itu.  Dan, sekarang profesi guru adalah suatu yang sudah tak bisa dipisahkan dalam di­rinya.
Beragam suka duka de­ngan pekerjaan ini juga ia jalani dengan penuh kesa­baran. Diantaranya, selama enam tahun ia sempat men­jadi guru honor dengan gaji seadanya. Saat  itu, tak di­pungkiri penghargaan ma­teri didapat jauh dari kata cukup,  tapi ia memilih bertahan dengan alasan ti­dak ingin profesi  yang ia tekuni dijalani dengan se­tengah-setengah.
Di masa Zainal memilih menjadi guru ini, jangankan tunjangan sertifikasi, gaji saja barangkali tak cukup. Kehidupan guru, apalagi guru honor pada saat itu apa adanya. Alhamdulillah, jika masyarakat mau berbagi beras yang mereka makan dengan para guru ini. Na­mun di era 80an ini, guru benar-benar menjadi Super Hero di tengah masyarakat. Hal inilah yang membuat Zainal tak mau mening­galkan profesinya ini. Jadi dokter maupun guru, ke­duanya sama, Super Hero di tengah masyarakat. 
“Jika sudah memutus­kan, mau tak mau suka dukanya  memang dilewati.  Tidak ada beban melaku­kannya,  karena saya me­nganggap semua ini sebagai suatu tanggungjawab,” ucap ayah empat anak itu.
Karena tak ingin sete­ngah-setengah, pekerjaan juga ia jalani dengan penuh disiplin. Selagi tidak sakit, suami dari Anesa Dewi Hartati  itu tak akan mau melimpahkan pekerjaannya  pada orang lain.
Tak  pernah juga ter­lintas dipikirannya meli­burkan diri mengajar dikala cuaca tidak mendukung. Untuk yang satu ini, Kepala SMA PGRI I Padang ter­sebut pernah punya penga­laman harus menyimpan sepatu dan pakaian tam­bahan dalam tas.  Ini dila­kukan  saat ia pergi ke sekolah dalam cuaca hujan.
“Dulu saya kesekolah­nya kan dengan motor. Ka­lau hujan, cipratan air yang bia­sanya berasal dari ken­daraan lain sering membuat pakaian jadi kotor. Agar tetap bisa tampil bersih di depan siswa saya putuskan membawa pakaian dan se­patu ganti di dalam tas,” tuturnya dengan tersenyum mengenang me­mori masa lalu.
Terkait hubungannya dengan siswa didik, pria asal Pasaman ini adalah orang yang pandai menempatkan sesuatu dengan tempatnya. Saat mengajar ia sangat menghindari suasana kaku. Tujuannya agar siswa yang mengikuti pelajaran bisa rileks dan tidak tegang me­nerima materi yang disam­paikan. Ya, maklum Zainal mengajar mata pelajaran kimia, yang banyak ditakuti siswa sama halnya dengan mata pelajaran matematika.
“Kalau terlalu serius pastinya mereka akan ragu untuk terbuka, dan itu akan menghambat keinginan me­reka menyampaikan perta­nyaan tentang pelajaran yang belum dimengerti. Tapi, meskipun santai se­mua­nya  tetap harus displin tidak ada yang boleh ter­lambat dan melalaikan tu­gas,” tuturnya.
Pribadi Zainal yang su­dah bak ayah bagi muridnya ini seakan tak akan pernah terlupakan oleh mantan murid ini.  Zainal yang tegas dan disiplin ini, ternyata tidak membuat muridnya menjauh.
“Jadi teringat waktu se­ko­lah dulu dikejar sama bapak  karena melihat mu­rid perempuan yang tidak pakai jilbab setiap Jumat,” begitu kenang siswanya yang dilayangkan dalam akun facebook milik Zainal.
Tak hanya sukses men­jadi kenangan dalam benak muridnya, belakangan ini Zainal juga sukses menjadi kenangan di benak para guru-guru. Zainal Akil yang juga melakoni Ketua PGRI Sumbar ini, tak henti-hen­tinya berteriak di media massa agar pemerintah men­sejahterakan guru. Ia sa­ngat tidak ingin melihat pengorbanan guru yang sud­ah bekerja 24 jam ini, jadi sia-sia karena kesejah­tera­annya tak pernah dipenuhi. Baginya, cukup dirinya yang merasakan susahnya jadi guru honor, dengan pen­dapatan seadanya. Di tengah perkembangan zaman saat ini, sudah tidak pantas lagi nasib guru diabaikan begitu saja.
Pernah di muat di harian haluan dengan link : https://www.harianhaluan.com/news/detail/49925/tegas-dan-disiplin-menuju-sukses


Pages